Jumat, 17 Juni 2011

HADIS SAHIH, SYARAT-SYARAT, DAN CONTOHNYA

HADIS SAHIH, SYARAT-SYARAT, DAN CONTOHNYA

1. Pendahuluan
Di zaman sekarang ini hadis bukanlah hal yang asing lagi dikalangan umat Islam. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kitab-kitab atau buku-buku yang memuat tentang berbagai macam hadis. Dikalangan umat Islam hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Al Qur’an. Dimana hadis berfungsi sebagai penjelas AlQur’an al Karim.

Semakin banyaknya kitab-kitab atau buku-buku tentang hadis membuat orang Islam semakin mengetahui banyak tentang hadits-hadis Nabi Muhammad SAW. Walaupun demikian, tidak sedikit pula orang-orang yang belum mengetahui hadis, baik tentang bentuk-bentuk hadits, maupun pembagian hadis menurut macam dan jenisnya. Banyak orang yang menggunakan dan mengamalkan hadis tanpa mengetahui apakah hadis itu sahih, hasan, atau dha’if. Bahkan yang lebih berbahaya lagi adalah hadis palsu. Padahal hadis yang semestinya digunakan adalah hadis sahih.

Dari penjelasan diatas penyusun akan sedikit menjelaskan tentang hadis sahih, syarat-syarat, serta contoh-contohnya.


2. Pembahasan
Hadis ditinjau dari segi kualitas rawi yang meriwayatkannya terbagi dalam tiga macam, yaitu sahih, hasan, dan dha’if.
Hadis Sahih
a. Pengertian Hadis Sahih
Sahih menurut bahasa ( lughat ) adalah lawan dari “saqim”, artinya sehat lawan sakit, haq lawan bathil.1 Sedangkan menurut ahli hadis, hadits sahih adalah hadits yang sanadnya bersambung, dikutip oleh orang yang adil lagi cermat dari orang yang sama, sampai berakhir pada Rosulullah SAW, atau sahabat atau tabiin, bukan hadits yang Syadz ( kontroversi ) dan terkena ‘illat yang menyebabkan cacat dalam penerimaannya.
b. Syarat-Syarat Hadis Sahih
Menurut muhadditsin, suatu hadis dapat dinilai sahih apabila memenuhi syarat berikut.
  1. Sanadnya bersambung ( Muttashil )
Yang dimaksud dengan ketersambungan sanad adalah bahwa setiap rawi hadits yang bersangkutan benar-benar menerimanya dari rawi yang berada diatasnya dan begitu selanjutnya sampai kepada pembicara pertama.2
Untuk mengetahui bersambung atau tidaknya suatu sanad, biasanya ulama hadits menempuh tata kerja penelitian brikut :
  • Mencatat semua nama rawi dalam sanad yang diteliti.
  • Mempelajari sejarah hidup masing-masing rawi.
  • Meneliti kata-kata yang menghubungkan antara para rawi dan rawi yang terdekat dengan sanad.
Jadi suatu sanad dapat dinyatakan bersambung apabila :
  • Seluruh rawi dalam sanad itu benar-benar tsiqat ( adil dan dhabit ).
  • Antara masing-masing rawi dengan rawi terdekat sebelumnya dalam sanad itu benar-benar telah terjadi hubungan periwayatan hadits yang sah menurut ketentuan tahamul wa ada al hadits. 3
  1. Rawinya bersifat adil
Menurut Al Razi keadilan adalah tenaga jiwa yang mendorong untuk selalu bertindak taqwa, menjauhi dosa-dosa besar, menjauhi kebiasaan melakukan dosa-dosa kecil, dan meninggalkan perbuatan perbuatan mubah yang menodai muru’ah, seperti makan sambil berdiri di jalanan, buang air ( kencing ) di tempat yang bukan disediakan untuknya, dan bergurau yang berlebihan.
Menurut Syuhudi Ismail, kriteria kriteria periwayat yang bersifat adil adalah :
  • Beragama Islam
  • Berstatus mukallaf
  • Melaksanakan ketentuan agama
  • Memelihara muru’ah.4


  1. Rawinya bersifat Dhabit
Dhabit adalah bahwa rawi yang bersangkutan dapat menguasai haditsnya dengan baik, baik dengan hapalan yang kuat atau dengan kitabnya, lalu ia mampu mengungkapkannya kembali ketika meriwayatkannya.5
  1. Tidak ber’illat
Maksudnya bahwa hadits yang bersangkutan terbebas dari cacat kesahihannya, yakni hadits itu terbebas dari sifat-sifat samar yang membuatnya cacat, meskipun tampak bahwa hadits itu tidak menunjukkan adanya cacat tersebut.
  1. Tidak Syadz ( janggal )
Kejanggalan hadits terletak pada adanya perlawanan antara suatu hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang maqbul ( yang dapat diterima periwayatannya ) dengan hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang lebih kuat ( rajih ) daripadanya, disebabkan kelebihan jumlah sanad dalam ke dhabitan atau adanya segi-segi tarjih yang lain.
Jadi hadits sahih adalah hadits yang rawinya adil dan sempurna ke-dhabit-annya, sanadnya muthasil, dan tidak cacat matannya marfu’ tidak cacat dan tidak janggal.



c. Klasifikasi Hadis
Hadis sahih terbagi menjadi dua, yaitu sahih li dzatih dan sahih lighairih. Sahih li dzatih adalah hadits sahih yang memenuhi syarat-syaratnya secara maksimal, sedangkan sahih li ghoirih adalah hadits sahih yang tidak memenuhi syarat-syaratnya secara maksimal. Misalnya rawinya yang adil tidak sempurna ke-dhabit-annya ( kapasitas intelektualnya rendah ).
D. Contoh-Contoh Hadis.

Dibawah ini adalah contoh Hadis sahih yang mengandung ketiga unsur komponen-komponen hadis, yaitu sanad, matan dan rawi.

ايّوب حدّثنا : حدّثنا عبد الوهّاب الثقفيّ قال : حدّثنا محمّد بن المثنّى قال
عن النبيّ عن ابي قلابة عن انس بن مالك رضي الله عنه
، ثلاث من كن فيه وجد حلاوة الايمان : عليه وسلّم قال صلّ الله
وان يحبّ المرٔ لا يحبّه الاّ لله ان يكون الله ورسوله احبّ اليه ممّا سواهما
ان يعود فى الكفر كما يكره ان يقذف فى النار وان يكره
-٭( رواه البخارى )٭-
Artinya :
Telah meriwayatkan kepada kami Muhammad Al Mutsniy, katanya, “ Telah meriwayatkan kepada kami Abdul Wahab Al Tsaqafiy, katanya, ‘ Telah meriwayatkan kepada kami Ayyub dari Qilabah dari Anas dari Nabi SAW, bahwa beliau bersabda, ‘ Ada tiga hal yang bila ketiganya ada pada diri seseorang, orang itu akan merasakan manisnya iman. Hendaknya Allah dan Rasulnya lebih ia cintai daripada selain keduanya. Hendaknya ia mencintai orang ( lain ) hanya karena Allah. Dan hendaknya ia membenci kembali kepada kekafiran sebagaimana kebenciannya bila dilemparkan ke dalam neraka. ‘” ( H.R. Bukhari )

من كذب عليّ قال رسول الله صلّ الله عليه وسلّم : عن ابي هريرة قال
-٭( رواه مسلم )٭- فليتبوّأ مقعده من النّار متعمّدا
Artinya :
Dari Abu Hurairah r.a. Rosulullah saw. Bersabda, “ Barang siapa sengaja berdusta atas diriku, hendaklah ia bersiap-siap menempati tempat tinggalnya di neraka.”
( H.R. Muslim )
3. Kesimpulan
A. Hadis Sahih
Hadis sahih adalah hadis yang sanadnya bersambung, dikutip oleh orang yang adil lagi cermat dari orang yang sama, sampai berakhir pada Rosulullah SAW, atau sahabat atau tabiin, bukan hadits yang Syadz ( kontroversi ) dan terkena ‘illat yang menyebabkan cacat dalam penerimaannya.

B. Syarat-Syarat Hadis Sahih
  1. Sanadnya bersambung ( Muttashil )
  2. Rawinya bersifat Adil
  3. Rawinya bersifat Dhabit
  4. Tidak ber ‘illat
  5. Tidak Syadz ( janggal )

C. Klasifikasi Hadis Sahih
  1. Sahih li dzatih
  2. Sahih li ghairih
D. Contoh-Contoh Hadis

من كذب عليّ قال رسول الله صلّ الله عليه وسلّم : عن ابي هريرة قال
-٭( رواه مسلم )٭- فليتبوّأ مقعده من النّار متعمّدا
Artinya :
Dari Abu Hurairah r.a. Rosulullah saw. Bersabda, “ Barang siapa sengaja berdusta atas diriku, hendaklah ia bersiap-siap menempati tempat tinggalnya di neraka.”
( H.R. Muslim )
4. DAFTAR PUSTAKA


Solahudin, M. Agus.2009.Ulumul Hadis.Bandung : CV.Pustaka Setia.
Wadud, Abdul.2003.Qur’an Hadits.Semarang : PT. Karya Toha Putra.


















1 Ash Shidieqy.op.cit.hlm.117
2 ‘Itr. op.cit. hlm. 2.
3 Ismail.op.cit.hlm.128.
4 Syuhudi Ismail.Kaedah keshahihan Sanad Hadis:Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah. Jakarta: Bulan Bintang.1995.hlm.155 – 168.
5 Nuruddin ‘Itr.’Ulum Al Hadits.Jilid II.Terj.Mujio.Bandung:Remaja Rosdakarya.1994.hlm.3

2 komentar: